search

Sejarah Gilera dan Piaggio



Biker berbakat Giuseppe Gilera menang di event balap lokal di Eropa. Sipnya, dia nggak ngegamit semplakan pabrikan legendaris saat itu. Ia mendesain sendiri rancangan motornya, 4 silinder, 317 cc tenaga 7 dk.

Di putaran bawah, kilikan Gilera sip punya. Pas start, dia cepat mencapai kecepatan maksimum 96 km/jam. Nggak heran kalau banyak lawan dibikin menghirup debu.

Brother mesti penasaran sama kisah si jenius Italiano ini. Dia lahir taon 1887 di keluarga petani sederhana.  Usia 15 tahun, ia nekad meninggalkan tradisi bertani dan hengkang ke perusahaan motor gede berjuluk Eduardo Bianchi.

Di situ ia menimba ilmu membangun motor yang sip. Gerah lama-lama di sana, ia lantas pindah ke Swiss dalam bendera perusahaan Moto Reve Outfit dan The Bucher Motorcycle Co.

Memang cemerlang dia.  Waktu bikin rancangan, motornya menang dalam Festival of Speed di Milan. Setahun kemudian ia menang lagi di kejuaraan berjuluk The Cremona 120 Mile Endurance.

Ngendus bakatnya sendiri, ia direken pabrik kecil di Milan, desa Arcore, Monza. Di sini ia membuat beberapa varian motor.
   
Sial! Saat itu pecah Perang Dunia (PD) pertama. terpaksa ia membela Tanah Air lewat produksi sepeda prajurit Italia. Beres perang baru baru bikin motor sip 500 side valve yang cukup diperhitungkan di kancah balapan.

Lantas pada PD kedua. Ia kembali ketiban pulung disuruh diktaktor Musollini memproduksi motor buat prajurit Italia.

Malang..., tahun 70-an produksinya menurun sampai 12.000 unit. Masa kelam terus bertambah lagi saat Gilera meninggal diiringi kebangkrutan perusahaan. Untung  Piaggio, perusahaan satu negara salut sama teknologi Gilera, khususnya soal skuter.

Tanpa pertimbangan panjang, mereka beli perusahaan Gilera 2 juta Franc di 1969. Karena itu skuter Gilera terus bertahan di bawah perusahaan Piaggio.

YMKI luncurkan yamaha force fi

 
Yamaha Force hadir dengan desain yang benar-benar segar. Rangkanya juga anyar, didukung dengan mesin generasi Vega yang sudah dilengkapi injeksi bahan bakar dan penyempurnaan pada bagian transmisi. Penasaran kan? Sama bro! Untungnya, bisa mencoba sesaat setelah launching kemarin!

Desain
Secara kasat mata perbedaan desain dengan Vega ZR bisa dilihat dari detail-detail yang lebih menarik, seperti lampu sein, bodi samping hingga sayap dan kombinasi warnanya! Apalagi unit test yang kami coba ini, lebih sporty dengan paduan warna biru dan putih.
Yamaha Force menggunakan pelek tipe casting wheel, bentuknya mirip dengan Jupiter Z1. Cukup mendongkrak penampilan. Sedang untuk suspensi, tampak luar tidak ada yang berbeda dari Vega ZR. Secara keseluruhan, motor ini terlihat ramping dan memiliki proporsi bentuk yang pas. Asik deh!

Coba tengok panel indikatornya, sangat informatif dengan dua bulatan besar. Yang kiri speedometer, yang kanan adalah indikator bensin dan lampu petunjuk posisi gigi. Di bawahnya ada engine check dan indikator lampu sein juga lampu jauh. Ukuran angka-angkanya yang besar, membuat mata lebih mudah memandang.


Riding Impression
Saat mulai duduk, masih terasa sama seperti Vega ZR. Agak beda ketika memegang setang, karena Yamaha Force memiliki setang yang lebih panjang 10mm dan tinggi naik 30mm dari Yamaha Vega ZR. Ups, pantesan posisi duduknya lebih tegak.

Sebelum kunci kontak diputar, pahami dulu rumah kuncinya. Ternyata sudah menggunakan pengaman bermagnet, tapi untuk membuka jok musti dengan mencabut kunci terlebih dahulu. Posisi kunci jok ada di bawah lampu belakang, masih kaya Vega ZR.

Putar kunci, tombol start ditekan, raungan mesin cukup halus terdengar. Masuk gigi satu, injakan perseneling cukup ringan dan smooth. Mulai melaju dengan bukaan gas dan diiringi kenaikan gigi secara bertahap. Akselerasinya cukup responsif. Ya, karakter mesin over stroke enggak bisa dibohongi, torsinya cocok buat perkotaan, daerah jalur pegunungan atau untuk membawa bobot yang berat

Motor ini mengusung mesin 4 tak satu silinder SOHC. Diameter pistonnya 50 mm dan stroke 57,9 mm, Data yang diberikan Yamaha menunjukan bahwa power Force mencapai 8,72 PS di 7.000 rpm dan torsinya 9,53 Nm pada 5.500 rpm.

Kesan torsi yang kuat juga tetap terasa ketika mencobanya dengan cara berboncengan melalui jalur Ancol, Jakut sampai Kemayoran, Jakarta Pusat. Beberapa jalan layang dan flyover yang dilalui bisa dilibas dengan ringan, Force cukup bertenaga di sini.

Untuk suspensi tetap nyaman, meski melewati beberapa kondisi jalan yang kurang baik. Oh iya, saat test berboncengan, jok juga tidak terasa sempit. Pihak Yamaha Indonesia mengaku kalau jok motor ini sedikit lebih panjang jadi 774mm, kapasitas bagasi juga lebih lapang dengan kapasitas daya tampung 9,2 liter.

Belum cukup puas sih untuk mengeksplore motor yang dijual Rp 13,3 jutaan ini! Jadi tunggu ulasan sesi test ride berikutnya!