search

Siswa SMK 2 Langsa Bikin Alat Pengubah Air Jadi Bahan Bakar

Beberapa waktu lalu anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menghentak publik nasional dengan pembuatan mobil Esemka. Siswa SMK kini menggebrak lagi dengan penemuan alat yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. Hebat!

Adalah anak-anak SMK Negeri 2 Langsa, Aceh, yang membuat alat ini dengan bimbingan dari sang kepala sekolah, Makmur Lingga. Penelitian dan pengembangan alat ini dilakukan sejak 3 tahun lalu, bekerja sama dengan lembaga penelitian bernama Green Energy Institute.

"Alat ini bisa digunakan untuk kendaraan bermotor roda 4 hingga 12," ujar Kepala Sekolah SMKN 2 Langsa, Makmur Lingga, dalam perbincangan dengan detikcom, Kamis (9/2/2012).

Menurut dia, apa yang dilakukan anak-anak SMK ini bukan penemuan baru. Sebab pada 1833 telah dikembangkan oleh ilmuwan Michael Faraday dengan elektrolisa air. Di mana dalam elektrolisa air ada perubahan muatan elektron maupun atom.

"Kita kan butuh peralatan yang tidak sedikit, sehingga kita juga kerja sama dengan perusahaan di Jakarta, Pronto Engineering. Setelah tiga tahun kita kembangkan ternyata membuahkan hasil," lanjut Makmur.

Alat yang dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bermotor tersebut diberi nama WaVe++SMK. WaVe merupakan singkatan dari Water as a Vehicle's Fuel, mengacu pada fungsi alat tersebut yang menjadikan air sebagai bahan bakar. Nama SMK sengaja dilekatkan pada alat ini sebagai bentuk apresiasi kepada SMKN 2 Langsa sebagai institusi yang telah mengembangkan dan merakit alat tersebut.

"Ini masih belum 100 persen air, baru sekitar 50 persen. Air masih belum jadi bahan bakar langsung. Ke depannya kami ingin mengembangkan bisa air 100 persen jadi bahan bakarnya," tutur Makmur.

WaVe++SMK terdiri dari 5 komponen yakni generator gas, filter, kontrol elektrik, tangki air, dan pengaturan tegangan. Bahan-bahan utama pembuat alat itu adalah stainless steel.

"Ada generator gasnya. Jadi kita campurkan kimia, lalu ada pemanasan dialirkan melalui alat pengubah molekul yang disebut generator gas. Setelah air mengalir lalu diubah gas dan masuk filter, lalu masuk ke intake manifold mesin," paparnya.

Menurut dia, dengan 600 ml air bersih bisa digunakan kendaraan roda empat dan bahkan lebih untuk melaju hingga daya tempuh 2.000 km. Ketika air habis, bisa diisi dengan air biasa.

"Masih tetap menggunakan bensin atau solar, tapi pemakaiannya jadi lebih irit. Selain itu memperbaiki emisi mesin sehingga jadi ramah lingkungan. Bisa membantu mengurangi emisi 20-60 persen," jelas Makmur.

Bikin Mobnas Butuh Modal Rp 2 Triliun

img


Euforia mobil nasional saat ini terus berkembang. Tapi, untuk menjadi sebuah industri yang mampu bersaing, mobil nasional butuh dana segar paling tidak Rp 2 triliun untuk memproduksi 40.000 mobil per tahun.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menjelaskan kalau pemerintah berharap bahwa mobil merek nasional akan mampu eksis dan berkembang di wilayah nasional dan regional.

"Untuk menjadi sebuah industri yang komersial dan feasible maka umumnya produksi mobil tersebut harus mencapai sekitar 40.000 unit/tahun dengan investasi sekitar Rp 2 triliun (sudah termasuk modal kerja)," katanya di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Rabu (1/2/2012).

"Untuk itu, diperlukan enterpreneur yang tangguh dan perlu didukung semua pihak dan Kementrian Perindustrian telah siap untuk mendukung hal ini," tandasnya.

Melihat angka Rp 2 triliun ini, tentu kesulitan akan banyak menghinggapi para industriawan lokal yang ingin mengembangkan merek mobil nasional. Sebab, mobil nasional saat ini mengaku sulit mendapat pinjaman bank.

PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) yang memproduksi mobil Esemka saja hanya siap membangun industri otomotif nasional 'kecil-kecilan' dengan investasi Rp 50 miliar. Alokasi dana yang berasal dari investor itu digunakan untuk membangun pabrik di areal lahan seluas 6.000 meter persegi.

Pemerintah pun menurut Hidayat siap mendukung inisiatif mobil nasional untuk tampil dan berkembang dalam dunia otomotif dalam berbagai bentuk mulai dari promosi dan pemasaran, uji coba mobil purwarupa hingga training SDM.

Pemerintah menurut Hidayat juga akan memfasilitasi merek-merek lokal ini untuk mencari investor dan meningkatkan kemampuan industri komponen serta memberi dukungan dalam pemberian izin berupa Nomor Identifikasi Kendaraan (NIK).

Dan bila terealisasi, pemerintah pun siap membeli mobil-mobil merek lokal itu untuk digunakan di tingkat pusat maupun daerah.

"(Akan) Mendorong pengadaan pemerintah di tingkat pusat dan daerah bagi mobil nasional," tandasnya.