Pihak Kawasaki begitu yakin moge
650cc, ER-6n cocok untuk kondisi jalanan di Indonesia. Sempit, macet
dan rusak! Masa sih??? Dari pada penasaran langsung coba saja. Jalan
raya dengan model berkendara sehari-hari jadi sasarannya.
Fitur dan Teknologi Sebenarnya
secara fitur, moge ini terbilang minimalis. Paling mencolok mata adalah
penampilan instrumen cluster yang ukurannya tidak terlalu besar. Meski
kecil tapi mudah dibaca.
Di bawah sinar matahari sekalipun,
indikator digitalnya bisa dilihat jelas. Kalau malam nampak meriah
dengan backlighting biru pada panel LCD dan putih kekuningan di panel
takometernya.
Indikator digital pada motor ini memuat banyak
informasi. Bukan cuma speedometer, tapi ada juga odometer, dua pilihan
trip meter serta jam digital. Menariknya ada fitur mirip mobil, yaitu
info konsumsi bahan bakar rata-rata yang digunakan dan jarak yang masih
bisa ditempuh dengan bahan bakar yang ada di tanki.
Fitur lain
yang memudahkan adalah, tuas kopling dan rem depan yang bisa diatur
sendiri jarak mainnya. Tinggal putar lalu sesuaikan dengan panjang jari
tangan.
Uniknya, kunci setang punya dua pilihan. Normal dan
dalam posisi "P". Bila posisi ada di "P", maka lampu utama tetap menyala
meski mesin mati dan terkunci setang. Bisa dipakai ketika parkir di
pinggir jalan dan tidak terlalu lama, motor tetap terlihat oleh
pengendara lainnya.
Handling Duduk
di atas joknya bikin kaget. Tinggi jok yang cuma 805 mm membuat nyaman
pengendara Asia yang umumnya tidak terlalu jangkung. Pengendara dengan
tinggi badan 165 cm saja enggak perlu terlalu jinjit. Apalagi yang lebih
tinggi, makin nyaman saja.
Joknya lebar tapi empuk, berlaku buat jok pengendara maupun boncenger.
Efeknya jelas, makin betah saat jalan jauh. Khusus jok pengendara
desainnya juga dibuat tipis di bagian samping, membuat kaki tidak
terlalu ngangkang.
Posisi setang yang tinggi khas motor turing
dan tidak terlalu lebar punya dua keuntungan. Pertama, posisi duduk jadi
lebih santai. Kedua, jadi percaya diri ketika berkendara di kemacetan.
Rasanya tidak lebih lebar dari Ninja 250R, bikin percaya diri
selap-selip.
Whellbase-nya juga tidak terlalu panjang. Hanya
1.410 mm, beda tipis dengan Kawasaki Ninja 250R yang 1.390 mm. Buat yang
sudah lincah pakai Ninja 250R, pasti tidak akan kaget bawa motor ini.
Mungkin
karena didesain sebagai moge harian dan disesuaikan dengan jalanan
Indonesia yang ala kadarnya, suspensi ER-6n sengaja dibuat nyaman.
Sokbraker belakangnya terasa empuk, tapi kalau mau mendapatkan karakter
lebih sporty, masih bisa disetting lebih keras. Sedang yang depan tidak
bisa diubah karakternya.
Sayangnya bobot motor ini lumayan berat.
Saat parkir di tempat sempit dan harus menggeser bodi belakangnya,
sungguh terasa menyiksa. Maklum bobotnya mencapai 204 kilogram. Performa Mesin dua silinder 8
klep yang memiliki kapasitas ruang bakar 649 cc ini punya torsi badak,
64 Nm di 7.000 rpm. Dengan spesifikasi tersebut bisa dipastikan tidak
perlu bejek gas terlalu dalam untuk menikmati akselerasinya.
Bahkan
dalam keseharian di jalanan Jakarta lebih sering bermain di putaran
mesin rendah dan lebih banyak main kopling. Untungnya, tuas koplingnya
ringan, enggak cepat pegal.
Tapi giliran disentak, roda depan
dengan mudah terangkat. Hati-hati jangan sampai genggaman tangan lepas
dari setang. Untuk mencapai kecepatan 100 km/jam dengan motor yang
memiliki tenaga 70,7 Dk di 8.000 rpm ini bisa dilakukan dengan sangat
cepat.
Oiya, jangan kaget bila merasa suara mesinnya sedikit
kasar. Rasanya wajar mengingat spesifikasinya hanya dua silinder.
Masing-masing silinder memiliki kapasitas ruang bakar hampir 325 cc.
Begitu juga dengan panas mesinnya, jangan kaget ketika paha jadi terasa
hangat saat melintasi jalanan macet.
Konsumsi Bahan Bakar Dicoba
di dalam kota Jakarta dengan variasi macet dan jalanan lengang, motor
ini masih bisa mencapai 17,4 kilometer dengan 1 liter bahan bakar
beroktan 92. Boros? tapi dibayar dengan torsi mantab dan kemudahan
berkendara di atas moge. (motorplus-online.com)
0 komentar:
Post a Comment